Custom Search

ti.co.id

Rabu, 28 Desember 2011

Perlukah PENDIDIKAN SEKSUAL UNTUK ANAK?

Di rmh kebanyakan orangtua rikuh/risih jika harus membicarakan masalah seksual kepada anak2nya. Sementara di sekolahpun tdk ada kurikulum yg membidangi ini.Tentang apa itu seksual,apa sja yg termasuk didalamnya,tentang organ2 seksual dan fungsinya,hingga proses reproduksinya,dan bagaimana menyikapi rangsangan seksual,semua membutuhkan ruang lingkup pengetehauan sendiri yg cukup rumit. Jadi darimana ank memperoleh pengetahuan tentang seksual? Mengharap mereka mengerti dengan sendirinya adlh NONSENSE.Sementara dilingkungan hdp mereka,terdapat bnyak pemandangan yg menumbuhkan gairah seksual. Maka anak akan belajar dr lingkungan tersebut.

LALU KAPAN MEREKA PERLU TAHU PENGETAHUAN TENTANG SEKS?
Adalah sebuah kenyataan menarik bahwa pendidikan sekssual paling dasar,yaitu pembentukan persepsi anak terhadap kehidupan seksual,justru bagus diberikan diusia kanak2. Alasannya karena diusia dini,anak belum mengerti gairah seksual,sehingga saat ini saat yang paling tepat utk memperkenalkan komponen2 dasar kehidupan seksual. Biarkan anak mengenal satu demi satu anggota badannya,termasuk alat kelaminnya tanpa rasa jengah. Tunjukan bahwa alat seksual itu adalah satu bagian tubuh yang sama juga dengan bagian tubuh yang lain. Kesalahan orang tua adalah ketika menyebut alat kelamin dengan nama lain, misal penis dengan kata "burung". Biarkan anak tahu bahwa alat kelamin laki2 adalah PENIS. Alat kelamin perempuan adalah VAGINA. Maka ketika suatu saat mereka dikenalkan dengan alat2 reproduksi pada manusia mereka tidak lagi kaget dengan istilah2 yang ada..
Lalu bagaimana reaksi orang tua ketika anak mulai penasaran?
Pada usia 7-8 tahun,anak mungkin mulai banyak menanyakan hal2 yg berbau seksual dengan detil. Tugas orangtua lah yg harus memberikan jawaban yg memuaskan bagi anak. Jika tidak anak akn menyimpan rasa penasaran dan akan menycari jawabannya diluar,yang belum tentu sesuai dengan harapan.Bisa jadi positif atau malah bisa jadi negatif. Salah santu contoh, Seorang anak laki2 yang memiliki adek bayi,dengan cermat memperhatikan ibunya yang sedang menyusui. dengan teliti ia memperhatikan payudara ibunya. Sesekali di pijit bahkan diciumnya. Sempat terlontar kata2 lirih "Bu guru juga punya ya Ma?" Si Ibu yg tdak tahu serta merta akan membentak "ga boleh bilang gitu,dosa!".. Tapi berbeda dengan Ibu yang bijaksana, ia faham dengan putranya yang bukan sedang terangsang birahi tapi sedang mempelajari sesuatu yg baru.. Dua kemungkinan terjadi, jika si kakak laki2 itu puas mendapat jawaban dari ibunya, selanjutnya ia akan memandang payudara sebagai sebuah persoalan yg biasa2 saja. Bentuknya secara fisik ia sudah tahu,fungsinyapun ia sudah mengerti,mengapa hanya dimiliki perempuanpun ia faham. Maka satu tahapan pendidikan seksual telah ia lewati dengan baik.

Lalu bagaimana dengan anak yg satunya lagi? yg ketika ia muncul rasa penasaran si ibu malah membentaknya? Si anak akan menganggap ini adalah sebuah rahasia besar yg ia pendam dalam hati dan ia akan gali sendiri jawabannya di tempat lain.Anak seperti inilah yg rawan akan rangsangan2 yg menyerang dari luar.

Menjelang masa baligh,umumnya usia antara 11-13 tahun,pendidikan seksual harus lebih mendetail lagi. kira2 pada umur 10 tahun anak2 harus sudah dikenalkan dengan apa itu menstruasi,apa itu mimpi indah/mimpi basah. Merekapun sudah mengenal secara umum,fungsi organ reproduksinya. Tentu saja dalam batas kemampuan berfikir mereka.

Anak2 kita mengalami kemungkinan perkembangan hormon yg lbih cepat pula. Masa aqil baliq bagi mereka pun bisa lebih cepat datang. Rangsangan-rangsangan seksualpun semakin semakin cepat bisa mereka nikmati. Dimasa-masa rawan seperti ini semestinya mereka sudah menerima sebagian besar materi pendidikan seksual.

Bukan hanya anak yang harus banyak belajar, tetapi orang tuapun ternyata harus lebih banyak belajar lagi. Karena pendidikan yang paling dasar adalah tumbuh dari keluarga itu sendiri... Selamat belajar...:-)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

download